Selasa, 01 Maret 2011

Wisata Cah Plano [Bandungan-Ambarawa]


Kali ini saya melakukan perjalanan bersama-sama kawan2 ”seperguruan” untuk menyambangi beberapa tempat wisata di Kabupaten Semarang. Berangkat pukul 10 pagi dari Tembalang (molor 2 jam dari jadwal), kami ber 14 konvoi dengan menggunakan motor (memang lebih enak untuk perjalanan dekat) menuju kediaman kawan kami ”sang penunjuk jalan” di Sumowono Bandungan. Sekitar pukul 11, sampai di rumah kawan kami, beristirahat sejenak, dan melanjutkan perjalanan ke tujuan pertama destinasi kami yaitu Curug 7 Bidadari (yang disingkat oleh salah satu teman saya C7B).


Curug 7 Bidadari

Terletak 3 km dari desa Sumowono Bandungan, akses menuju C7B memang agak sulit. Kondisi jalan sudah halus beraspal, hanya saja lebar jalan yang sempit susah sekali bila dilewati mobil, apalagi jika berpapasan. Sepanjang perjalanan menuju C7B akan disuguhkan pemandangan alami luar biasa, hamparan sawah dan kebun memajang sepanjang jalan di latarbelakangi oleh gugusan bukit-bukit, mantap, terbayarlah rasa kepenatan saya. Setelah 15 menit perjalanan, sampai juga di lokasi. C7B adalah salah satu curug yang baru dibuka sebagai wisata umum di Kabupaten Semarang. Untuk masuk ke C7B cukup bayar Rp 3.000,- untuk setiap orang dan parkir. Dinamakan Curug 7 Bidadari, karena terdapat 7 air terjun kecil dan katanya ada cerita mitos juga bahwa dahulu ada 7 bidadari yang mandi di curug ini, dan salah satunya dikutuk (Sumber: kawan asli pribumi). Sebenarnya tidak begitu istimewa menurut saya curug ini. Pertama, memang curugnya kecil, tidak seperti wisata air terjun yang lain yang sempat saya kunjungi. Kedua, airnya keruh. Namun yang menarik adalah karena ini masih cukup baru, jadi tidak padat pengunjung, maka puaslah untuk foto-foto. 

Curug 7 Bidadari

Natural Landscape C7B

Curug Indah 7 Bidadari

Selain itu, disini juga sudah mulai ditata landscapenya (disamping landscape alaminya yg menurut saya jg sudah bagus) dengan beberapa jembatan bambu, tempat duduk, dan saung. Di tempat parkir walaupun masih berupa tanah, tapi areanya cukup luas, ditambah beberapa saung tempat berjualan. Karena curugnya yang kecil, pengunjung bisa naik sisi airt terjun dan foto-foto disana, namun harus hati2, karena batu cukup licin. 2 jam kami habiskan waktu disana untuk melepas penat. 

Setelah selesai menikmati C7B, kami kembali ke sumowono untuk istirahat, sholat dan makan. Sampai jam 3, barulah melanjutkan kembali perjalanan ke Museum Kereta Api Ambarawa.

Museum Kereta Api Ambarawa


Kami melanjutkan perjalanan 20 menit ke daerah Ambarawa. Letaknya tak jauh dari Palagan Ambarawa, sekitar 200 meter. MKA adalah salah satu stasiun tua yang digunakan sebagai tempat transit KA menuju jogja atau wilayah2 selatan di Jawa Tengah. Memang sudah cukup lama stasiun ini tak digunakan sebagai tempat pemberhentian kereta komersil. Tapi karena sejarah dan kondisi topografi  bukit dan lembah yang luar biasa di jalur sekitar stasiun ambarawa, MKA menjadi daya tarik sendiri sebagai tempat wisata. 
   
Lokomotif  Tua
Lorong Stasiun
Disini para wisatawan bisa mencoba Kereta Api Uap dengan jurusan Ambarawa-Jambu. Kereta ini ekslusif, karena harus mengocek sekitar 5 juta yang untuk menyewa 2 gerbong dan  satu lokomotif berbahan bakar kayu jati. Terlebih untuk dapat menaiki kereta ini harus memesan dari jauh-jauh hari, karena petugas KA harus memesan kayu jati dahulu. Pemandangan yang disuguhkan pun luar biasa, barisan bukit dan keindahan lembah yang masih alami dapat dinikmati selama perjalanan. Namun bagi wisatawan yang pas-pasan, jangan khawatir, karena pengunjung juga bisa naik kereta lori, jurusan Ambarawa-Tuntang dengan membayar karcis cukup murah yaitu Rp 10.000 , terlebih pemandangan yang disuguhkan juga tak kalah. Sepanjang perjalanan kereta lori, pengunjung disuguhkan pemandangan rawa pening yang legendaris itu. 

Pemandangan Pinggir Rawa Pening

Dalam Perjalanan


Perahu-perahu Rawa Pening

Selain bisa naik kereta, pengunjung juga dapat melihat-lihat lokomotif tua yang dahulu dijadikan sebagai penggerak utama gerbong-gerbong, yang kini sudah pensiun. Para pengunjung juga diajak merasakan zaman kolonial belanda dulu, dengan arsitektur dan konstruksi stasiun tua yang masih kokoh.

Setelah beres acara (foto2,naek kereta,sholat ashar,dll) kami berencana kembali ke tembalang.. weit, belum sampe tembalang kami mampir di rumah salah satu kawan di Ungaran, yang pada akhirnya perjalanan kami dakhiri dengan ngaso di kopi Klotok di alun-alun Kota Ungaran.

Kopi Klotok Alun-alun Ungaran

Ba’da sholat Magrib, sekitar pukul 7 malam kami berangkat ke alun-alun. Karena malam ahad, ramai sekali alun-alun Ungaran. Perut keroncongan kami isi dengan roti bakar dan nasi goreng sambil menunggu kopi klotok yang terkenal ”SUWInya” (hehe :D). Namun ini yang buat jadi khas, karena lama dan rasanya yang pas, kopi ini terkenal dan menjadi menu favorit pengunjung alun-alun. Di Kopi Klotok Alun-alun ungaran tersedia berbagai beraneka kopi dan coklat. Minimal penikmat kopi klotok harus menunggu 2 jam (haha.. Cuma minum kopi), karena air dimasak dengan menggunakan arang, ditambah personel yang melayani hanya 2 orang. Tapi disinilah seru-nya. Karena bisa menjadi tempat ngumpul, diskusi, atau yang lain di malam hari. Untuk saran, jika ingin ke kopi Klotok pada malam ahad maka harus berangkat lebih awal, karena rame sekali, harus berebut tempat, dan akan mengantri lama sekali. Kemudian jangan datang hari jumat, karena Kopi Klotok tidak jualan (hehe). Jadi datanglah pada hari-hari biasa setelah magrib dan rasakan Kopi-nya. Dan ini Reccomended bagi para wisatawan yang berkunjung ke Ungaran untuk sekedar nyantai dan ngaso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar