Sabtu, 30 April 2011

The Mirror Never Lies



Trailer The Mirror Never Lies

Film yang diinisiasi oleh salah satu lembaga lingkungan hidup WWF ini menceritakan kehidupan suku bajo yang berada di pedalaman wakatobi. Film ini akan mengisahkan tentang kerinduan seorang anak kepada ayanhnya yang hilang melaut. Sepanjang film ini kita akan disuguhkan pemandangan alami yang menakjubkan pantai-pantai indah, terumbu karang dan kehidupan bawah laut di wakatobi. Film The Mirror Never Lies akan rilis pada 5 Mei 2011. Jangan Sampai kelewatan...

Rabu, 27 April 2011

Inspiring Indonesia

Pesona Pulau Tunda


Pulau yang terletak di utara teluk banten ini menyimpan sejumlah pesona. Keasrian laut dapat terlihat dari kejernihan air dan karang-karang yang tersebar di pantainya. Namun sayangnya keindahan ini ternodai oleh limpahan sampah dari daerah seberang, Cilegon dan Serang. Pulau ini dihuni sekitar seribu penduduk dan terus dijaga keasriannya, salah satunya dengan kegiatan penanaman mangrove di sekitar pantai Pulau Tunda.






















Sabtu, 16 April 2011

Cerita Tentang Gathering IndoBackpacker 2011



Pekan lalu (9-10 April 2011), salah satu komunitas Backpacker Indonesia, IBP, mengadakan acara gathering. Ini adalah untuk kesekian kalinya, para backpacker Indonesia yang tergabung didalamnya mengadakan trip akbar untuk saling berkenalan dan berbagi dalam satu forum, baik yang masih pemula (ecek-ecek) seperti saya, maupun yang udah malang-melintang di dunia traveling dan per-bacpack-an. Bagi yang newbie, acara ini sekaligus menjadi ajang perkenalan dan pencarian travel-mate dari sejumlah orang-orang yang belum saling kenal.

Diawali pertemuan di stasiun bogor, lokasi meeting point untuk menuju lokasi gathering di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Saya tergabung dalam kelompok lima, dan termasuk kelompok yang paling akhir berangkat. Kami bersepuluh adalah kawan-kawan yang pada mulanya belum kenal sama sekali. Perjalanan dimulai pukul 10.15 WIB dari pusat kota bogor menuju daerah pinggiran kabupaten Bogor, Leuwiliang. Perjalanan menuju TNGHS cukup sulit setelah masuk kedalam wilayah Kecamatan Nanggung. Tanjakan dan lika-liku perjalanan menjadi tantangan kami untuk melawan rasa mual didalam sebuah mobil Carry. Semakin lama, jalan semakin sepi, kanan-kiri jalan terhampar hutan, sawah dan perbukitan. Tanjakan pun semakin curam, beberapa kali kami harus turun mobil, karena mobil tak kuat.

Road to Citalahab
Setelah kurang-lebih 3 jam perjalanan, kami tiba di pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun. Ternyata perjalanan kami belum usai. Kami harus masuk kedalam kawasan Taman Nasional sampai ke divisi Citalahab. Perjalanan semakin sulit, karena harus melewati jalan bertanah batu. Mobil carry yang diisi bersepuluh, harus ber-offroad ria. Kami didalam semakin tak karuan, merasakan perpaduan antara pusing, mual dan panas. Kurang lebih satu jam kami melewati jalan berbatu menanjak dan berliku. Sesekali kami istirahat dan turun untuk membantu mengganjal ban mobil agar mampu menanjak. Untungnya pemandangan sekitar TNGHS sungguh indah, udara yang sejuk dan hamparan bukit kebun teh menjadi penawar perjalanan kami yang melelahkan.

Hamparan Kebun Teh
Kontrasmu Harmoni
Akhirnya titik terang semakin jelas. Harapan kami tak pupus, setelah melihat spanduk acara Indo Bacpacker terpajang diantara ilalang. Sekitar pukul 16.00 kami sampai dengan selamat di kawasan homestay Eco-Tourism TNGHS. Sampai di kawasan homestay, kami langsung istirahat, merenggangkan otot yang sudah cenat-cenut di saung pendopo dan membabat makanan yang masih tersisa, dilanjutkan dengan menjamak sholat ashar dan dzuhur, mandi serta istirahat.

Anak-anak Citalahab
Malam harinya semua peserta berkumpul di saung pendopo, sebelum makan diadakan sesi perkenalan. Ternyata peserta yang mengikuti acara ini kurang lebih sekitar 50an peserta dari berbagai daerah, walau sebagian besar berasal dari Jakarta dan Bogor. Setelah perkenalan, para peserta diberikan penjelasan singkat mengenai eco-tourism di TNGHS oleh para pengelola TNGHS yang notabene adalah penduduk asli citalahab. Makan malam tiba, acara ini adalah ajang isi tenaga untuk trekking malam.


Acara puncak malam itu dilakukan trekking untuk melihat jamur menyala. Sepanjang 2200 meter melewati hamparan kebun teh kami berjalan menuju lokasi tempat tumbuhnya jamur menyala yang lebih dikenal oleh orang sekitar dengan sebutan supalumar. Jamur supalumar yang dimaksud memiliki ukuran yang kecil. Berdiameter sekitar  0,5 cm, dan biasanya hidup di permukaan kayu yang sudah patah. Kurang lebih 30 menit menikmati indahnya jamur-jamur yang menyala, kami kembali ke homestay. Sampai di saung pendopo, ternyata telah disuguhkan kudapan khas sunda untuk menghangatkan malam kami. Pisang goreng/rebus, ubi rebus, dipadu dengan jahe dan teh anget, menjadi pengganjal perut kami sebelum tidur.

Supalumar 
Keesokan paginya, setelah sarapan, kami langsung berkemas dan bersiap untuk trekking menuju Curug Piit. Salah satu curug yang terdapat di kawasan TNGHS. Untuk menuju kesana kami harus menggunakan mobil sejauh kurang lebih 7-8 Km dari homestay, setelah itu kami harus tekking selama 2 jam menuju Curug Piit. Medan trekking cukup berat, untuk menuju curug kami harus melewati alas dengna kecuraman 45-60 derajat, ditambah lagi dengan kondisi jalur yang licin, dan dibeberapa titik jalur terhambat oleh runtuhan pohon-pohon yang tumbang. Namun, tekad semangat menjadi pembakar semangat. Setelah sampai di Curug, terbayar sudah rasa lelah kami. Satu lagi Mahakarya Tuhan, alam Indonesia mempersembahkan kepada kita. 


Tragedi Mobil Amblas Menuju Curug
Jalur Trekking
Piit Waterfall
Setelah beristirahat dan menikmati segarnya air curug piit, kami harus kembali. Kali ini medan menuju chek point terasa sangat berat, karena kami harus melewati jalur yang menanjak, berlawanan dengan jalur berangkat. Untungnya semua peserta sampai dengan selamat. Akhirnya kebersamaan kami ditutup dengan makan siang dan foto-foto. Setelah itu kami semua melanjutkan perjalanan pulang sesuai dengan kelompok masing-masing. Pengalaman pertama Gathering IBP begitu menggoda, selanjutnya..... :D 

Peserta Gathering IBP 2011
Foto oleh R Heru Hendarto




Rabu, 13 April 2011

Perjalanan Ituu...

“Perjalanan itu menambah silaturahiim dan keluarga”
Pepatah ini mungkin pepatah kuno yang sudah lama didengar. Tapi bagi saya, pepatah ini macam kalimat sakti yang penuh arti. Percaya atau tidak, bagi saya melakukan perjalanan adalah sebuah kesempatan untuk mendapatkan kenalan baru. Mungkin saya bukan orang yang super supel, yang bisa berkenalan langsung akrab dengan orang lain. Tapi berkenalan adalah kunci mengikat sulaturahiim, dan saya termasuk orang menganut kepercayaan bahwa  “silaturahiim itu dekat dengan rezeki”. Sebuah motivasi matrealistis yang nampaknya sangat mudah di aplikasikan. Haha.. Jadi dengan kata lain, ini adalah sebuah rantai yang saling bersambung: jika melakukan perjalanan maka akan menambah silaturahiim, menambah silaturahiim akan mendekatkan kita dengan rezeki. Maka Lakukanlah perjalanan.

“Perjalanan itu menambah wawasan”
Dalam sebuah perjalanan kita akan bertemu dengan hal-hal baru, yang mungkin kita tidak akan duga. Perjalanan memberikan pengalaman peristiwa, yang mungkin akan menjadi pembelajaran berarti tentang sebuah makna dari peristiwa tersebut. Bisa jadi dalam perjalanan kita akan menemukan kejadian-kejadian yang akhirnya menyadarkan kita. Pelajaran-pelajaran yang diambil dari sebuah perjalanan kita dapatkan dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita pikirkan dan kita renungkan. Tak sedikit inspirasi itu datang dari sebuah perjalanan. Semakin panjang perjalanan maka wawasan akan semakin banyak kita dapatkan.

“Perjalanan itu menyadarkan pentingnya sebuah tujuan”
Tak ada perjalanan yang tanpa tujuan. Percayalah. Jikalau pun ada, maka mereka yang melakukan, akan sadar betapa pentingya sebuah tujuan. Bagi saya ini adalah pengalaman, betapa pentingnya sebuah tujuan. Ini adalah pelajaran berharga yang sangat mendasar, yang menjadi filosofi hidup saya. Dengan sebuah “Perjalanan” yang secara kasat indra dilakukan secara wajar, ini akan membentuk tujuan kehidupan pribadi. Menyesallah bagi orang-orang yang tak bertujuan.

Rabu, 06 April 2011

Masjid Agung Banten : Glory and Spiritualism

Berkunjung ke Masjid Agung Banten, seolah menapak tilas kejayaan Banten dimasa lalu. Kemegahan Masjid, menara yang menjulang, pelataran Masjid yang dipenuhi dengan makam-makam ulama dan sepuh Kesultanan Banten, memberikan aura spiritualisme yang besar kepada setiap pengunjungnya. Saya merasakan ini saat berkunjung untuk melaksanakan Sholat Jumat di Masjid Agung Banten.

Kesultanan Islam Banten memiliki sejarah kejayaan yang terkenal di seluruh dunia pada masanya. Kejayaan ekonomi pada masanya ditandai dengan adanya pelabuhan dagang yang ramai dari seluruh dunia. Dibidang politik, Banten mempunyai duta besar/diplomatik di Inggris. Sungguh, bagi saya ini adalah kemajuan yang luar biasa.

Greater Masjid Agung Banten
Masjid Agung memang selalu ramai pada hari jumat, apalagi pada bulan-bulan tertentu seperti mulud dan ramadhan. Peziarah yang datang tidak hanya dari sekitar Banten, tapi juga dari berbagai pelosok baik di Jawa maupun diluar jawa. Bagi para petualang ziarah, Banten pasti menjadi Top List tempat ziarah di Indonesia. Sejarah kejayaan, kemegahan arsitektural, dan kealiman para masyaikh di Kesutanan Banten adalah daya tarik utamanya.

Suasana Menjelang Sholat Jumat
Munfarid
Setiap hari Jumat, selalu ada ziarah umum yang dilaksanakan bersama dengan dipimpin oleh imam masjid. Ziarah umum dilakukan ba’da Sholat Jumat. Setelah dzikir jumatan, ratusan peziarah akan memadati area sekitar makam yang berada di serambi masjid. Setelah para makmum telah siap, sang Imam akan memulai memimpin doa yang kemudian akan diikuti dan diaminkan para makmum. Sungguh, walau saya hanya melihat ritual ini dari balik pagar tembok area makam, saya merasa merinding mendengar doa-doa yang mengalun begitu sakral.

Bersiap Ziarah
Menunggu Ziarah
Bagi Masjid Agung Banten, ziarah adalah aktivitas yang tak pernah berhenti. Selain hari Jumat, hampir setiap hari keberadaan makam-makam sepuh dan ulama banten dimasa lalu menjadi magnet bagi para peziarah dari berbagai daerah. Ziarah memiliki makna yang dalam. Ziarah merepresentasikan perasaan pada kehidupan duniawi yang perlu diseimbangkan dengan mengingat kematian. Ritual ziarah seolah memberikan energi positif yang menjadi sebuah keyakinan dalam batin bagi para pelakunya. Ziarah juga sebagai bukti simbolisme pengidolaan kepada leluhur, tanda syukur dan pengharapan.

Keberadaan Masjid Agung Banten yang saat ini menjadi pusat wiasata ziarah di Propinsi Banten, memberikan berkah tersendiri bagi masyarkat sekitar Masjid. Warung Kaki lima berjamur tak karuan di sekitaran Masjid, mulai dari warung makan, makanan kecil khas banten, serta warung souvenir seperti peci, tasbih, dan alat-alat ibadah lainnya dijajakan terbuka. Walau demikian, bagi saya hal ini cukup mengganggu estetika. Kondisi ini menampilkan kekumuhan yang tidak sedap dipandang, belum lagi kotornya area pelataran halaman Masjid karena penuh sampah yang bertebaran. Jika saja keberadaan para pedagang diakomodasi dan dikelola dengan dibuat cluster khusus, tentunya hal ini akan jauh lebih baik.

Transaksi
Meriam Tempur