Rabu, 30 Maret 2011

Cilegon Effect

Salah satu misi saya di kampus semasa saya kuliah adalah mengenalkan dan membuktikan bahwa Cilegon  memang ada di Peta Indonesia. Ini memang proyek "dendam" saya, karena setiap kawan yang bertanya asal muasal saya datang darimana, selalu direspon dengan muka abnormal oleh kawan-kawan seperguruan saya. Gedeg emang rasanya, kalo kota sendiri, tanah lahir yang amat tercinta ini dipandang sebelah mata oleh kawan-kawan. Maka foto-foto dibawah ini adalah salah satu pembuktian saya bahwa Cilegon is beautiful.. full.. full.. hehe..

Foto & editing by : Ghalih Huriarto
Masjid Agung Cilegon

Menuju Dermaga

Pulo Gede Merak

Pelabuhan Ikan Karangantu

Minggu, 20 Maret 2011

Bunga dan Lebah

Foto: Ghalih Huriarto
Bunga Memberi Madu Kepada Lebah dan Lebah Membantu Penyerbukan Bunga

"Bagai Bunga dan Lebah, Hidup Harus Saling Memberi Manfaat"


--PhotoQuote--

Minggu, 13 Maret 2011

Earth Hour Semarang, Green Campaign for Energy Saving

Seperti pada minggu-minggu sebelumnya, Car Free Day digelar di Jl Pemuda Semarang, tapi baru hari minggu lalu (13/03) saya baru sempat mampir dan beraktivitas pagi disana, ini pun karena diajak oleh teman kampus saya untuk ikut green campaign bersama rekan-rekan Earth Hour Semarang, sebuah gerakan green lifestyle inisiasi WWF yang mengajak untuk lebih hemat energi.


”Setelah Satu Jam, Jadikan Gaya Hidup” sebuah slogan yang mengajak kita untuk menghentikan penggunaan listrik selama satu jam pada tanggal 26Maret2011. Tujuannya menghemat penggunaan energi dengan menjadikan hemat listrik sebagai gaya hidup. Sebagai catatan, Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak bergantung pada potensi sumber daya alam dan membutuhkan listrik untuk mendukung pembangunan, Indonesia harus menjaga kebutuhan ekstraksi alamnya agar tidak berkontribusi besar menjadi salah satu pengemisi terbesar di dunia, dan tetap dapat melanjutkan upaya memenuhi kebutuhan penduduk yang makin besar setiap tahun, termasuk dari sisi energi (www.earthhour.wwf.or.idNah untuk itulah gerakan Earth Hour ini memberikan solusi dengan aksi yang kecil untuk memberikan perubahan yang besar bagi bumi, cukup dengan menghentikan penggunaan listrik selama satu jam, kemudian jadikan aksi ini sebagai gaya hidup. 

Aksi dan Orasi
Foto Oleh: Earth Hour Semarang
Green campaign pagi itu diawali dengan briefing di depan balaikota Semarang. Aksi pertama, peserta melakukan frozen time, yaitu melakukan aksi patung di sekitar Jl Pemuda, di tengah-tengah kegiatan berbagai komunitas. Sebanyak kurang lebih 40an peserta green campaign berjalan menyebar di sepanjang Jl Pemuda, tiga titik yang digunakan untuk melakukan frozen time, pertama di depan SMA 5 Semarang, di depan Balaikota, dan di depan Gedung Juang 45. Awalnya peserta melakukan aktivitas biasa, dengan aba-aba yang sudah dipasang di mp3, setiap peserta melakukan aksi patung selama satu menit. Aksi ini adalah sebagai simbolis dari penghentian penggunaan energi, walau hanya sesaat namun jika dilakukan oleh banyak orang, maka ini akan berpengaruh besar, apalagi jika menjadi gaya hidup.

Kampanye
Foto Oleh: Earth Hour Semarang
Long March
Foto Oleh: Earth Hour Semarang
Aksi yang kedua, adalah aksi kampanye seperti pada umumnya. Kami longmarch menuju tugu muda. Sambil membawa spanduk dan papan kampanye, kami berjalan dan memberikan leaflet dukungan dan ajakan untuk mengikuti gerakan Earth Hour. Di simpang tugu muda, dilakukan orasi singkat dan ajakan kepada para masyarakat Semarang sampai aksi berakhir pada pukul 9.

Foto Bersama
Foto Oleh: Earth Hour Semarang
Tugu Muda dan Earth Hour Semarang
Foto Oleh: Earth Hour Semarang
Memang tidak besar yang bisa dilakukan, hanya dengan sedikit kesadaran untuk bersama-sama melakukan aksi kecil, hemat listrik dijadikan sebagai gaya hidup. Dengan aksi kecil ini semoga bisa memberikan kontribusi besar bagi bumi.


”Setelah Satu Jam, Jadikan Gaya Hidup”

Rabu, 02 Maret 2011

Wisata Kuliner Jogjaholic

Berkunjung ke kota Jogja, tak afdol rasanya jika tak mencoba beberapa menu yang belum sempat saya icip. Kali ini tak banyak kuliner yang saya coba.

Bebek Haji Slamet


Pertama yang menjadi catatan saya adalah Bebek H.Slamet. Warung makan Bebek H. Slamet ini pada awalnya bermula dari sari Kartosuro. Jadi yang di jogja ini adalah cabang dari Kartosuro. Menu khas disini sesuai namanya, Bebek. Saya memesan Bebek Goreng bagian paha plus sepirin nasi dan minum air putih (dalam rangka ngirit). Sebenarnya bebek gorengnya tak begitu spesial, tapi yang bikin nendang di lidah adalah sambel koreknya. Walau sajian sambalnya sedikit, tapi bikin panas di lidah ga brenti-brenti. Untungnya bebek goreng plus sambel korek ini disajikan dengan lalapan yang bisa sedikit menghilangkan rasa pedas. Bebek gorengnya cukup empuk, jadi bagi anda-anda yang sudah tua, jangan takut dengan tekstur daging bebek yang biasanya keras. Kali ini bebek yang saya makan cukup empuk digigi. Yang bikin saya kecewa adalah porsi nasinya yang sedikit.. Arrghh.. yang ini ga nendang di perut.. hehe.. tapi cukup hauce lah untuk mengisi perut dikala lapar..


Bebek Goreng Sambel Korek


Angkringan Pak Satari

Kalu kenal kucingan  Pak Gi yang terkenal di Semarang, sekarang saya rekomendasikan bagi kawan-kawan yang berkunjung ke Jogja. Angkringan Pak Satari namanya (saya singkat APS). Terletak di perbatasan Sleman dan magelang, APS dapat dijumpai di pinggir jalan menuju magelang, tepatnya di Jl. Magelang Km 16, Medari, Sleman. Untuk ukuran angkringan, tempat makan APS cukup luas. Buka mulai sore hari, APS langsung dipenuhi pengunjung. Jenis makanan dan jajanan cukup banyak tersedia di APS ini, mulai dari mendowan, pastel, martabak, pisang goreng, dll. Untuk nasi bungkus, mulai dari khas jogja berisi teri atau tempe, sampai nasi rica-rica ayam. Bagi kawan-kawan yang menuju magelang pada sore atau malam hari, ga ada salahny mampir ke Angkringan Pak Satari. Dijamin KENYANG (Asal Budget Cukup).

Jelajah Pantai Selatan Gunung Kidul

Hari menjelang siang, motor siap2 saya panaskan karena akan menempuh cukup jauh perjalanan menuju selatan kota jogja. Kali ini saya akan menjelajah pantai selatan ”Laut Kidul” di wilayah sekitar Gunung Kidul. Berangkat sekitar pukul 11.00, saya menancap gas menuju ringroad selatan kota jogjakarta. Setelah membeli beberapa perbekalan minum dan makanan ringan, saya mengambil jalur jogja-wonosari ke arah piyungan, dan lanjut ke perbukitan Gunung Kidul. Perjalanan cukup lancar, jalan dari kota jogja menuju Gunung Kidul mulus dan berliku, melewati alas yang rimbun. Menanjak, menurun, menikung akan menjadi bagian perjalanan menuju pesisir selatan Gunung Kidul. Kali ini saya akan menyambangi beberapa pantai, yaitu Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak dan Indrayani.

Saya harus menempuh jarak sekitar 60 Km ke arah selatan untuk mencapai pantai selatan gunung kidul. 40 km pertama saya harus sampai dulu di kota kecil Wonosari, kemudian diteruskan 20 km lagi ke pantai baron. Perjalanan ini saya tancap dengan santai. Sampai pantai baron kira-kira pukul 12.30.

Kisah Nelayan Pantai Baron

Siang itu saya baru saja sampai di pantai baron yang masih pasang. Beberapa menit saya mengambil gambar, ada 2 perahu nelayan yang menepi. Para nelayan2 yang lain turut membanti menarik kapal yang baru saja singgah, disinilah gotong-royong penduduk nelayan kental terlihat. 


Kapal sudah selesai di parkir, berbondong-bondong ibu-ibu menghampiri kapal melihat-lihat bawaan ikan hasil melaut hari itu, saya pun turut serta melongok kesana. Tak banyak ikan yang ditangkap hari ini. ”Hari ini ga banyak de, soalnya jaring sampah” (saya artikan dari bahasa jawa), setelah saya tanya berapa banyak ikan yang diapat. ”Saya melaut dari jam 4 pagi tadi, di sekitar parang tritis, tapi karena jaringnya ngangkut sampah, jadinya saya pulang” kata mas andri salah satu awak nelayan yang itu melaut bersama 2 rekan lainnya. Ya.. hari itu setidaknya ada 2 kapal yang langsung pulang, akibat jaring sudah ga bisa ditebar karena penuh sampah. Kalau begini yang disalahkan yang orang-orang yang membuang sampah disungai, yang akhirnya sampah bermuara di laut. 1 Kg udang dan beberapa kilo ikan campur-campur langsung dijual nelayan disana. Biasanya ikan-ikan dibawa ke pelelangan koperasi, tapi karena ikan yang dibawa hanya sedikit, yah langsung dijual ditempat.

Kapal Baru Menepi
Membersihkan Jaring
Pantai baron berbentuk menjorok ke darat dan dikelilingi oleh bukit, sehingga pantai ini terlihat sempit dan tertutup jika nampak dari atas. Hamparan pasir putih dan perahu-perahu nelayan yang memajang di pinggir pantai membuat pantai ini nampak eksostis. Pantai baron dapa dinikmati langsung maupun dapat dilihat keindahannya dari bukit disisi pantai.

Pantai Kukup, Krakal, Sundak, dan Indrayani

Melanjutkan 1 Km kearah timur, motor saya kebut ke pantai kukup. Sebenarnya saya lebih suka pantai kukup, karena pantainya lebih bersih, tanpa perahu-perahu nelayan, plus ada bangunan di pulau karang seberang pantai bak tanah lot saja di bali (hehe). Pantainya berpasir putih dan angin lautnya kencang sekali.


Pantai Kukup

Menuju pantai Krakal, sundak, dan Indrayani harus menempuh 6 Km kearah timur, melewati beberapa barisan bukit dan alas, membuat saya ngeri juga mengendara motor sendirian. Jalanan bagus, namun sepi kendaraan. Pantai Krakal dan sundak memiliki tipe pantai yang memanjang dan berpasir putih. Saya sudah terbiasa melihat pemandangan pantai ini di Anyer, sebelah barat Cilegon, tempat tinggal saya. Tak terlampau istimewa bagi saya dibandingkan dengan pantai kukup atau baron, yang menurut saya lebih unik dari pantai krakal dan sundak. Di pantai Krakal dan sundak saya hanya singgah sebentar untuk mengambil gambar, karena saat itu sudah mulai siang, mepet dengan waktu pulang saya ke Semarang. Setelah sedikit mengambil gambar di pantai Sundak dan Krakal, saya melanjutkan ke pantai Indrayani. 


Hati-hati Kelelep
Pantai Krakal
Pesisir Pantai Sundak
Mata saya terbelalak saat sampai di pantai Indrayani, siang itu ramai warga sekitar sedang memperbaiki saung-saung yang hancur karena diterpa air laut pasang. ”Sudah 4 hari air laut pasang, sampai bikin hancur pantai mas” Kata salah seorang bapak yang sedang berisitirahat setelah memperbaiki salah satu saung yang hancur. Mengenaskan memang, sebenarnya pantainya biasa saja, tetapi karena saung-saung yang berjejer di pinggir pantai, pantai Indrayani terlihat cantik. Namun karena ombak pasang, jadilah siang itu saya hanya melihat pemandangan sibuk warga sekitar yang bergotong-royong memperbaiki saung-saung di tepi pantai.


Warga Memperbaiki Saung di Pantai Indrayani
Saat di pantai kukup, saya sempat duduk2 di tepi pantai berkontemplasi ”apakah motor saya masih kuat sampai pulang ke semarang?” hehe.. soalnya ni kendaraan yang saya pake adalah legenda yang diproduksi sekitaran 8 taon yang lalu. Tapi keulatan tekad dan keyakinan yang kuat, Alhamdulillah The Legend mengantar saya dengan selamat sampai Semarang.

Taman Pintar di Kota Pelajar

Siang itu saya hanya lewat malioboro tanpa singgah, kemudian diujung jalan saya belok ke kiri, sekitar 200 meter saya memarkir kendaraan saya. Taman Pintar yang saya tuju siang itu. Terletak di Jl.Panembahan Senopati 1-3 Yogyakarta, taman pintar pada mulanya adalah kawasan shoping center, tempat jual-beli buku murah di kota yogyakarta. Taman pintar sudah dibuka sejak tahun 2007 dan diresmikan pada tahun 2008. Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.


Dibagian depan, terdapat playground yang menjadi surga bagi anak-anak, karena banyak sekali permainan yang bisa dijajal. Untuk sekedar bermain di playground tidak dipungut biaya alias gratis, namun untuk masuk kedalam gedung dikenakan biaya Rp15.000. untuk orang dewasa, sedangkan untuk anak-anak dikenakan biaya masuk Rp8000, untuk usia 2-7 tahun hanya Rp2000. 
Playground Taman Pintar
Terdapat 4 gedung yang menyajikan informasi sejarah dan teknologi yang bisa diperagakan secara langsung. Gedung memorabilia, didalamnya terdapat sejumlah informasi sejarah yang disajikan secara interaktif, diantaranya sejarah keraton jogja, profil pahlawan Indonesia, sejarah kemerdekaan, dan profil presiden Indonesia. Keluar gedung memorabilia langsung terintegrasi dengan gedung ouval-kotak yang didalamnya terdapat berbagai macam wahana dan peralatan peraga berbasis edukasi sains yang menyenangkan dan dapat diperagakan oleh pengunjung. Dilantai tiga terdapat teater 4 dimensi yang menampilkan film-film edukasi berdurasi 30 menit. Kemudian ada gedung PAUD barat dan timur yang menyediakan peralatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya usia 2 - 7 tahun.


Galery Foto Sejarah Keraton
Alat Peraga Fisika
Kaca Listrik
Di setiap gedung memiliki desain interior yang sedap dipandang, salah satunya yang saya suka adalah saat di gedung ouval, pada gedung ini didesain melingkar, kemudian terdapat jalan menanjak yang melingkar didalam gedung untuk menuju lantai 2 dan tiga, disisi dinding dipajang profil-profil ilmuwan, mulai dari enstein sampai stephen hawkings. Di langit-langitnya terdapat miniatur gugusan halaksi bimasakti yang memperindah bagian dalam gedung. Disini juga terdapat wahana-wahana berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia, yang didalamnya ditampilkan miniatur pabrik atau industri, serta peragaan produk yang dapat dimainkan.


Miniatur Galaksi Bimasakti di Langit-langit


Bagian Tengah Gedung
Banyak spot foto di taman pintar, maka siapkan kamera jika berkunjung disini. Ajaklah anak-anak untuk mengekslporasi secara langsung dunia sains dan teknologi.

Selasa, 01 Maret 2011

Wisata Cah Plano [Bandungan-Ambarawa]


Kali ini saya melakukan perjalanan bersama-sama kawan2 ”seperguruan” untuk menyambangi beberapa tempat wisata di Kabupaten Semarang. Berangkat pukul 10 pagi dari Tembalang (molor 2 jam dari jadwal), kami ber 14 konvoi dengan menggunakan motor (memang lebih enak untuk perjalanan dekat) menuju kediaman kawan kami ”sang penunjuk jalan” di Sumowono Bandungan. Sekitar pukul 11, sampai di rumah kawan kami, beristirahat sejenak, dan melanjutkan perjalanan ke tujuan pertama destinasi kami yaitu Curug 7 Bidadari (yang disingkat oleh salah satu teman saya C7B).


Curug 7 Bidadari

Terletak 3 km dari desa Sumowono Bandungan, akses menuju C7B memang agak sulit. Kondisi jalan sudah halus beraspal, hanya saja lebar jalan yang sempit susah sekali bila dilewati mobil, apalagi jika berpapasan. Sepanjang perjalanan menuju C7B akan disuguhkan pemandangan alami luar biasa, hamparan sawah dan kebun memajang sepanjang jalan di latarbelakangi oleh gugusan bukit-bukit, mantap, terbayarlah rasa kepenatan saya. Setelah 15 menit perjalanan, sampai juga di lokasi. C7B adalah salah satu curug yang baru dibuka sebagai wisata umum di Kabupaten Semarang. Untuk masuk ke C7B cukup bayar Rp 3.000,- untuk setiap orang dan parkir. Dinamakan Curug 7 Bidadari, karena terdapat 7 air terjun kecil dan katanya ada cerita mitos juga bahwa dahulu ada 7 bidadari yang mandi di curug ini, dan salah satunya dikutuk (Sumber: kawan asli pribumi). Sebenarnya tidak begitu istimewa menurut saya curug ini. Pertama, memang curugnya kecil, tidak seperti wisata air terjun yang lain yang sempat saya kunjungi. Kedua, airnya keruh. Namun yang menarik adalah karena ini masih cukup baru, jadi tidak padat pengunjung, maka puaslah untuk foto-foto. 

Curug 7 Bidadari

Natural Landscape C7B

Curug Indah 7 Bidadari

Selain itu, disini juga sudah mulai ditata landscapenya (disamping landscape alaminya yg menurut saya jg sudah bagus) dengan beberapa jembatan bambu, tempat duduk, dan saung. Di tempat parkir walaupun masih berupa tanah, tapi areanya cukup luas, ditambah beberapa saung tempat berjualan. Karena curugnya yang kecil, pengunjung bisa naik sisi airt terjun dan foto-foto disana, namun harus hati2, karena batu cukup licin. 2 jam kami habiskan waktu disana untuk melepas penat. 

Setelah selesai menikmati C7B, kami kembali ke sumowono untuk istirahat, sholat dan makan. Sampai jam 3, barulah melanjutkan kembali perjalanan ke Museum Kereta Api Ambarawa.

Museum Kereta Api Ambarawa


Kami melanjutkan perjalanan 20 menit ke daerah Ambarawa. Letaknya tak jauh dari Palagan Ambarawa, sekitar 200 meter. MKA adalah salah satu stasiun tua yang digunakan sebagai tempat transit KA menuju jogja atau wilayah2 selatan di Jawa Tengah. Memang sudah cukup lama stasiun ini tak digunakan sebagai tempat pemberhentian kereta komersil. Tapi karena sejarah dan kondisi topografi  bukit dan lembah yang luar biasa di jalur sekitar stasiun ambarawa, MKA menjadi daya tarik sendiri sebagai tempat wisata. 
   
Lokomotif  Tua
Lorong Stasiun
Disini para wisatawan bisa mencoba Kereta Api Uap dengan jurusan Ambarawa-Jambu. Kereta ini ekslusif, karena harus mengocek sekitar 5 juta yang untuk menyewa 2 gerbong dan  satu lokomotif berbahan bakar kayu jati. Terlebih untuk dapat menaiki kereta ini harus memesan dari jauh-jauh hari, karena petugas KA harus memesan kayu jati dahulu. Pemandangan yang disuguhkan pun luar biasa, barisan bukit dan keindahan lembah yang masih alami dapat dinikmati selama perjalanan. Namun bagi wisatawan yang pas-pasan, jangan khawatir, karena pengunjung juga bisa naik kereta lori, jurusan Ambarawa-Tuntang dengan membayar karcis cukup murah yaitu Rp 10.000 , terlebih pemandangan yang disuguhkan juga tak kalah. Sepanjang perjalanan kereta lori, pengunjung disuguhkan pemandangan rawa pening yang legendaris itu. 

Pemandangan Pinggir Rawa Pening

Dalam Perjalanan


Perahu-perahu Rawa Pening

Selain bisa naik kereta, pengunjung juga dapat melihat-lihat lokomotif tua yang dahulu dijadikan sebagai penggerak utama gerbong-gerbong, yang kini sudah pensiun. Para pengunjung juga diajak merasakan zaman kolonial belanda dulu, dengan arsitektur dan konstruksi stasiun tua yang masih kokoh.

Setelah beres acara (foto2,naek kereta,sholat ashar,dll) kami berencana kembali ke tembalang.. weit, belum sampe tembalang kami mampir di rumah salah satu kawan di Ungaran, yang pada akhirnya perjalanan kami dakhiri dengan ngaso di kopi Klotok di alun-alun Kota Ungaran.

Kopi Klotok Alun-alun Ungaran

Ba’da sholat Magrib, sekitar pukul 7 malam kami berangkat ke alun-alun. Karena malam ahad, ramai sekali alun-alun Ungaran. Perut keroncongan kami isi dengan roti bakar dan nasi goreng sambil menunggu kopi klotok yang terkenal ”SUWInya” (hehe :D). Namun ini yang buat jadi khas, karena lama dan rasanya yang pas, kopi ini terkenal dan menjadi menu favorit pengunjung alun-alun. Di Kopi Klotok Alun-alun ungaran tersedia berbagai beraneka kopi dan coklat. Minimal penikmat kopi klotok harus menunggu 2 jam (haha.. Cuma minum kopi), karena air dimasak dengan menggunakan arang, ditambah personel yang melayani hanya 2 orang. Tapi disinilah seru-nya. Karena bisa menjadi tempat ngumpul, diskusi, atau yang lain di malam hari. Untuk saran, jika ingin ke kopi Klotok pada malam ahad maka harus berangkat lebih awal, karena rame sekali, harus berebut tempat, dan akan mengantri lama sekali. Kemudian jangan datang hari jumat, karena Kopi Klotok tidak jualan (hehe). Jadi datanglah pada hari-hari biasa setelah magrib dan rasakan Kopi-nya. Dan ini Reccomended bagi para wisatawan yang berkunjung ke Ungaran untuk sekedar nyantai dan ngaso.