Sabtu, 25 Desember 2010

Muhammad Hatta (Inspiring People edisi 1)

"Dimana-mana orang merasa tidak puas . Pembangunan tak berjalan sebagaimana mestinya. Kemakmuran rakyat masih jauh dari cita-cita, sedangkan nilai uang makin merosot."

"Perkembangan demokrasi pun terlantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah. Tentara merasa tak puas dengan jalannya pemerintahan di tangan-tangan partai."

"Pekembangan politik yang berakhir kekacauan, demokrasi yang berakhir dengan anarki, membuka jalan untuk lawannya: diktator."

"Diktator yang bergantung pada kewibawaann orang-seorang tidak lama umurnya dan akan roboh dengan sendirinya seperti rumah dari kartu."

Cuplikan kalimat diatas adalah penggalan perkataan yang diucapkan oleh Hatta pada masa hidupnya. Seolah pandangannya terhadap kondisi sosial, politik, ekonomi dalam pemerintahan mampu memprediksi seperti halnya kondisi saat ini. Hatta memberikan pandangannya seolah pemikirannya mampu melampaui zaman berikutnya. Analisa Hatta terlampau tajam, dia bukan ahli nujum, tapi kajiannya terhadap sejarah Idonesia dan Dunia begitu luas, maka tak usah heran, jika kata-katanya masih relevan hingga saat ini.

Lahir di Kota Bukittinggi, 12 Agustus 1902, Hatta menghabiskan masa kecil dan remajanya dengan menimba ilmu dan agama. Tapi bukan hanya itu, ternyata Hatta adalah orang yang piawai menggiring bola, beliau pernah bergabung kedalam tim sepakbola Young Fellow, yang pernah menjadi juara sumatera tig kali pada masa Hatta menjadi anggotanya. Mengenang Hatta, tak akan lepas dari dalamnya ilmu yang dimilikinya, hal itu tercermin dari puluhan ribu judul buku yang menjadi warisannya. Kini buku-buku tersebut bisa kita lihat di Perpustakaaan Bung Hatta, Bukittinggi.

Kita mengenal Hatta sebagai pasangan proklamator bersama soekarno yang dikenal dengan julukan "Dwitunggal", walaupun pada akhirnya mereka "bercerai" sehingga dijuluki "Dwitanggal", karena perbedaan pemikiran dan prinsip pada pemerintahan. Hatta adalah negarawan yang bersahaja, bermoral tinggi baik secara pribadi maupun dalam bermasyarakat dan berpolitik. dalam dunia politik, dulu dan kini, ia adalah suri teladan. Sikap politik Hatta selalu berdasarkan akhlak dan moral. Hal ini sudah tertanam sejak kecil, dimana Ia dibesarkan dengan agama. Hatta senantiasa mempertahankan pendirian politiknya, jika Ia menganggap sebuah pandangan politik yang tidak wajar, ia akan menentangnya dengan keras. Hatta adalah pemimpin yang bersih, tak pernah berupaya memperkaya diri dan keluarga. Bahkan setelah berhenti dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, ia mengembalikan dana taktis sebagai wakil presiden sejumlah Rp 25.000. Padahal, dana taktis tersebut tidak perlu dipertanggungjawabkan. Hatta menjalani kehidupan yang sulit selepas dari jabatannya sebagai wakil presiden. Sampai akhir hayatnya, Hatta hidup dengan uang pensiunan, honorarium tulisannya, dan bantuan beberapa kawannya.

Melihat kondisi terpuruknya negeri kita saat ini, sosok Hatta adalah bagai cahaya yang kita rindukan di Indonesia.


Sumber Utama :                                                                                                              
Hatta
Jejak Yang Melampaui Zaman
(Seri Buku TEMPO : Bapak Bangsa)

Jumat, 24 Desember 2010

Simpang 5 Kehidupan

Simpang Lima adalah jantung kota Semarang. Kalau pada umumnya kota-kota di Jawa memiliki alun-alun sebagai pusat kota, mungkin Simpang Lima adalah alun-alun kota Semarang. Seperti fungsi utamanya alun-alun sebuah kota, Simpang Lima berfungsi ruang interaksi masyarakat kota Semarang. Apalagi di hari ahad pagi, simpang lima akan berubah menjadi pasar rakyat. Berbagai macam aneka dagangan dijual, muali dari makanan, kebutuhan sehari-hari, pakaian, mainan, baik yang baru ataupun yang bekas ada disana.

Datanglah ke Simpang Lima di ahad pagi, rasakan kehidupan sosial Semarang, temui ekspresi, dan berbelanjalah..

Memilih Jersey
Transaksi
Sabar Menunggu
Berjualan Bersama Sang Istri
Area Parkir Motor
Menawarkan Balon
Gitar Lokal
Ngaca Dulu Donk...
Odong-odongku Sayang
Melayani Pembeli
Bendi Simpang 5
Jihad atau Jahad
Makanan khas Jakarta

Tetap Indah dikala Siaga *** Bromo ***

Bromo, siapa tak kenal?? berkunjunglah kesana maka anda akan tau salah satu keindahan dunia di Indonesia.

Begitu pula saya yang beberapa minggu yang lalu berkunjung kesana, meskipun kondisinya tak begitu bersahabat. Saya berangkat dari Semarang Kamis (9Nov10), malam hari selepas magrib dengan menggunakan bis menuju Surabaya. Sengaja saya tak langsung ke Probolinggo, karena saya juga ingin berkunjung sejenak ke Surabaya. Sampai di Surabaya pagi jam 4.00, di terminal Purabaya. Saya beristirarahat dan melakukan kunjungan sejenak ke pusat kota Surabaya. Pukul 11.00 saya berangkat ke Probolinggo dengan bus, sampai di Probolinggo sekitar pukul 14. Dari terminal, saya menggunakan ojek, karena tak ada "Taxi" (Sebutan bagi angkutan umum ke Cemoro lawang) yang berangkat kesana. Saya harus mengocek lebih dalam kantong saya, karena sudah beberapa minggu ini wisatawan menuju Bromo sedikit, karena bromo dalam kondisi siaga. Samapai di Cemoro Lawang pukul 15, saya disambut dengan rintik hujan dan kabut tebal...

Terletak diantara perbatasan Kabupaten Probolinngo, Malang, Lumajang, dan Pasuruan, Gunung Bromo berada pada ketinggian 2.392 mdpl. Keindahannya tidak diragukan lagi. Kawah gunung yang menganga, berada pada barisan gunung-gunung lain, yaitu semeru, batok, dan dikelilingi lautan pasir (kaldera) di sekitaran Bromo adalah fakta nyata bahwa gunung ini patut menjadi destinasi wisata alam di Indonesia. Maka jangan heran jika anda kesana akan menemui gerombolan wisatawan asing, karena memang kemasyhuran gunung bromo sudah terkenal kemana-mana.
Gunung Bromo dan Batok
Bagi Suku tengger Bromo adalah Gunung Suci, seperti saat saya mengunjungi kesana, baru saja diadakan ritual untuk menyambut Galungan dan kemudian dilanjutkan pada beberapa minggu berikutnya ritual Kuningan. Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Brahma, seorang dewa utama hindu -wikipedia-.
Saat saya berkunjung kesana, Bromo sedang aktif dalam status siaga, sehingga wisatawan hanya bisa melihat paling dekat 2 Km dari puncak Bromo atau berada pada pure Luhur Poten di sekitar kaldera Gunung Bromo dan Gunung Batok. 


Ganesha dan Bromo
Pagi hari pukul 4, di puncak penanjakan, sudah cukup ramai wisatawan untuk melihat sunrise, namun sampai pukul 6 matahari, bromo, batok, dan semeru tak terlihat karena kabut begitu pekat, sehingga pada sebagian wisatawan nampak kekecewaan. Namun bagi saya, wajah Bromo dan Batok yang begitu samar-samar karena kabut memiliki keindahan tersendiri, sehingga bagi saya tak ada rasa kecewa untuk menikmati salah satu keindahan yang diberikan Allah SWT untuk Indonesia ini. 
Sampai pukul 8, sudah banyak wisatawan yang mulai turun menuju pelataran Gunung Bromo, untuk melihat  lebih dekat aktivitas siaga gunung Bromo. Didepan tangga menuju Puncak Bromo sudah bersiap ranger (petugas pengamanan dan evakuasi) untuk memberikan peringatan bagi wisatawan yang masih bandel yang ingin menuju kawah Bromo.


Wisatawan di Penanjakan
Menurut beberapa pribumi di desa Cemoro Lawang, sudah hampir satu bulan Bromo berada pada kondisi Siaga, dan aktivitas kawah Gunung Bromo belum menampakkan tanda-tanda untuk turun. Kondisi ini mempengaruhi jumlah pengunjung yang semakin turun beberapa minggu terakhir. Seperti yang saya lihat, cenderung lebih banyak wisatawan asing daripada wisatawan domestik mengunjungi Bromo.

Berkunjunglah ke Bromo untuk melihat, tafakur, merasakan, dan mesyukuri salah satu keindahan dunia..

Catatan:
1. Kalau ingin berkunjung ke Bromo, berangkatlah pada bulan Juli-Agustus, karena musim panas, cuaca cenderung cerah dan bisa melihat Sunrise dari Penanjakan

2. Biaya perjalanan Backpaker :
* bus Surabaya - probolinggo : Rp 20.000
* angkutan "taxi" probolinggo - cemoro lawang : Rp 25.000, Ojek : Rp 50.000
* penginapan : antara Rp 100.000 - Rp 500.000
* jeep Hardtop Cemoro lawang-Penanjakan-Bromo PP : Rp 275.000 (bisa untuk 6 orang -lebih hemat-)