Pekan lalu (9-10 April 2011), salah satu komunitas Backpacker Indonesia, IBP, mengadakan acara gathering. Ini adalah untuk kesekian kalinya, para backpacker Indonesia yang tergabung didalamnya mengadakan trip akbar untuk saling berkenalan dan berbagi dalam satu forum, baik yang masih pemula (ecek-ecek) seperti saya, maupun yang udah malang-melintang di dunia traveling dan per-bacpack-an. Bagi yang newbie, acara ini sekaligus menjadi ajang perkenalan dan pencarian travel-mate dari sejumlah orang-orang yang belum saling kenal.
Diawali pertemuan di stasiun bogor, lokasi meeting point untuk menuju lokasi gathering di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Saya tergabung dalam kelompok lima, dan termasuk kelompok yang paling akhir berangkat. Kami bersepuluh adalah kawan-kawan yang pada mulanya belum kenal sama sekali. Perjalanan dimulai pukul 10.15 WIB dari pusat kota bogor menuju daerah pinggiran kabupaten Bogor, Leuwiliang. Perjalanan menuju TNGHS cukup sulit setelah masuk kedalam wilayah Kecamatan Nanggung. Tanjakan dan lika-liku perjalanan menjadi tantangan kami untuk melawan rasa mual didalam sebuah mobil Carry. Semakin lama, jalan semakin sepi, kanan-kiri jalan terhampar hutan, sawah dan perbukitan. Tanjakan pun semakin curam, beberapa kali kami harus turun mobil, karena mobil tak kuat.
|
Road to Citalahab |
Setelah kurang-lebih 3 jam perjalanan, kami tiba di pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun. Ternyata perjalanan kami belum usai. Kami harus masuk kedalam kawasan Taman Nasional sampai ke divisi Citalahab. Perjalanan semakin sulit, karena harus melewati jalan bertanah batu. Mobil carry yang diisi bersepuluh, harus ber-offroad ria. Kami didalam semakin tak karuan, merasakan perpaduan antara pusing, mual dan panas. Kurang lebih satu jam kami melewati jalan berbatu menanjak dan berliku. Sesekali kami istirahat dan turun untuk membantu mengganjal ban mobil agar mampu menanjak. Untungnya pemandangan sekitar TNGHS sungguh indah, udara yang sejuk dan hamparan bukit kebun teh menjadi penawar perjalanan kami yang melelahkan.
|
Hamparan Kebun Teh |
|
Kontrasmu Harmoni |
Akhirnya titik terang semakin jelas. Harapan kami tak pupus, setelah melihat spanduk acara Indo Bacpacker terpajang diantara ilalang. Sekitar pukul 16.00 kami sampai dengan selamat di kawasan homestay Eco-Tourism TNGHS. Sampai di kawasan homestay, kami langsung istirahat, merenggangkan otot yang sudah cenat-cenut di saung pendopo dan membabat makanan yang masih tersisa, dilanjutkan dengan menjamak sholat ashar dan dzuhur, mandi serta istirahat.
|
Anak-anak Citalahab |
Malam harinya semua peserta berkumpul di saung pendopo, sebelum makan diadakan sesi perkenalan. Ternyata peserta yang mengikuti acara ini kurang lebih sekitar 50an peserta dari berbagai daerah, walau sebagian besar berasal dari Jakarta dan Bogor. Setelah perkenalan, para peserta diberikan penjelasan singkat mengenai eco-tourism di TNGHS oleh para pengelola TNGHS yang notabene adalah penduduk asli citalahab. Makan malam tiba, acara ini adalah ajang isi tenaga untuk trekking malam.
Acara puncak malam itu dilakukan trekking untuk melihat jamur menyala. Sepanjang 2200 meter melewati hamparan kebun teh kami berjalan menuju lokasi tempat tumbuhnya jamur menyala yang lebih dikenal oleh orang sekitar dengan sebutan supalumar. Jamur supalumar yang dimaksud memiliki ukuran yang kecil. Berdiameter sekitar 0,5 cm, dan biasanya hidup di permukaan kayu yang sudah patah. Kurang lebih 30 menit menikmati indahnya jamur-jamur yang menyala, kami kembali ke homestay. Sampai di saung pendopo, ternyata telah disuguhkan kudapan khas sunda untuk menghangatkan malam kami. Pisang goreng/rebus, ubi rebus, dipadu dengan jahe dan teh anget, menjadi pengganjal perut kami sebelum tidur.
|
Supalumar |
Keesokan paginya, setelah sarapan, kami langsung berkemas dan bersiap untuk trekking menuju Curug Piit. Salah satu curug yang terdapat di kawasan TNGHS. Untuk menuju kesana kami harus menggunakan mobil sejauh kurang lebih 7-8 Km dari homestay, setelah itu kami harus tekking selama 2 jam menuju Curug Piit. Medan trekking cukup berat, untuk menuju curug kami harus melewati alas dengna kecuraman 45-60 derajat, ditambah lagi dengan kondisi jalur yang licin, dan dibeberapa titik jalur terhambat oleh runtuhan pohon-pohon yang tumbang. Namun, tekad semangat menjadi pembakar semangat. Setelah sampai di Curug, terbayar sudah rasa lelah kami. Satu lagi Mahakarya Tuhan, alam Indonesia mempersembahkan kepada kita.
|
Tragedi Mobil Amblas Menuju Curug |
|
Jalur Trekking |
|
Piit Waterfall |
Setelah beristirahat dan menikmati segarnya air curug piit, kami harus kembali. Kali ini medan menuju chek point terasa sangat berat, karena kami harus melewati jalur yang menanjak, berlawanan dengan jalur berangkat. Untungnya semua peserta sampai dengan selamat. Akhirnya kebersamaan kami ditutup dengan makan siang dan foto-foto. Setelah itu kami semua melanjutkan perjalanan pulang sesuai dengan kelompok masing-masing. Pengalaman pertama Gathering IBP begitu menggoda, selanjutnya..... :D
|
Peserta Gathering IBP 2011
Foto oleh R Heru Hendarto |
Wah, keren tuh. Asik juga kalo bisa ikut komunitas backpacker gitu. Pengen juga berkenalan dengan teman-teman backpacker dari Indonesia lainnya. Selama ini saya backpacker sendirian, salam backpacker! :)
BalasHapus